Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sensory Stimulation untuk Anak dengan Autism dan ADHD: Pengertian, Manfaat, dan Tips Praktis untuk Menerapkannya di Rumah

Autisme adalah gangguan perkembangan neurologis yang mempengaruhi keterampilan sosial, komunikasi, dan bahasa. Anak-anak dengan autisme sering memiliki masalah dalam memproses informasi sensorik, seperti suara, cahaya, atau sentuhan. Selain itu, anak-anak dengan gangguan ADHD juga dapat mengalami kesulitan dalam berbicara dan memahami bahasa.

Vestibular stimulation adalah jenis terapi sensorik yang melibatkan gerakan tubuh yang dirancang untuk mempengaruhi sistem vestibular, yaitu bagian dari telinga dalam yang bertanggung jawab atas koordinasi gerakan tubuh dan keseimbangan. Beberapa studi menunjukkan bahwa vestibular stimulation dapat membantu meningkatkan keterampilan sosial, komunikasi, dan bahasa pada anak-anak dengan autisme dan ADHD.

Namun, masih ada kekurangan dalam pemahaman mengenai efektivitas dan mekanisme kerja dari vestibular stimulation pada anak-anak dengan autisme dan ADHD, serta seberapa luas penerapannya di dalam pengobatan anak-anak dengan gangguan perkembangan.

Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang pentingnya terapi vestibular stimulation dalam pengobatan anak-anak dengan autisme dan ADHD, dengan fokus pada pengaruhnya terhadap keterampilan bahasa. Kita juga akan membahas beberapa teknik vestibular stimulation yang digunakan dan bagaimana penggunaannya di dalam pengobatan anak-anak dengan gangguan perkembangan.

Sensory Stimulation

Sensory Stimulation

Anak dengan spektrum autisme (ASD) seringkali mengalami gangguan pada persepsi sensorik mereka, yang dapat memengaruhi perilaku dan interaksi sosial mereka. Sensory stimulation, terapi yang fokus pada penggunaan berbagai bentuk stimulus sensorik untuk meningkatkan integrasi sensorik, dapat membantu anak-anak dengan ASD dalam memperbaiki kemampuan sosial dan kognitif mereka. Terapi sensory stimulation memanfaatkan stimulasi vestibular, taktil, proprioceptive, visual, dan auditori untuk merangsang fungsi otak, dan telah terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan bahasa, kemampuan motorik, perhatian, dan keterampilan sosial pada anak-anak dengan ASD.

Stimulasi vestibular adalah bentuk sensory stimulation yang paling sering digunakan dalam terapi untuk anak-anak dengan ASD. Bentuk stimulasi vestibular melibatkan gerakan tubuh, seperti melompat, berputar-putar, atau naik turun tangga, untuk merangsang sistem vestibular di dalam telinga bagian dalam yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan dan koordinasi tubuh. Stimulasi vestibular juga dapat membantu meningkatkan perhatian dan fokus anak, serta mengurangi perilaku impulsif.

Selain stimulasi vestibular, terapi sensory stimulation juga melibatkan stimulasi taktil, proprioceptive, visual, dan auditori. Stimulasi taktil melibatkan penggunaan sentuhan, seperti menyentuh atau memijat kulit, untuk meningkatkan persepsi taktil. Stimulasi proprioceptive melibatkan gerakan dan tekanan pada otot dan sendi, untuk meningkatkan persepsi tubuh dan koordinasi gerakan. Stimulasi visual melibatkan penggunaan warna dan cahaya untuk merangsang fungsi visual. Sedangkan, stimulasi auditori melibatkan penggunaan suara dan musik untuk meningkatkan persepsi auditori dan kemampuan bahasa.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang terapi sensory stimulation, khususnya stimulasi vestibular, dalam meningkatkan kemampuan bahasa pada anak dengan ASD. Kami akan meninjau penelitian terbaru yang telah dilakukan tentang terapi sensory stimulation pada anak-anak dengan ASD, serta memberikan beberapa contoh aktivitas sensory stimulation yang dapat dilakukan di rumah untuk membantu meningkatkan kemampuan bahasa anak.

Sensory Stimulation untuk Anak dengan Autism

Sensory stimulation dapat membantu anak dengan autisme untuk mengatur perangkat indra mereka dan meningkatkan integrasi sensorik. Berikut adalah beberapa contoh kegiatan sensory stimulation yang dapat dilakukan di rumah:

  1. Bermain balon: bermain balon dapat membantu anak dengan autisme meningkatkan koordinasi tangan-mata dan membantu memperbaiki keterampilan motorik halus mereka.
  2. Bermain dengan pasir kinetik: pasir kinetik adalah bahan mainan yang dapat membantu mengembangkan kemampuan motorik halus anak dengan autisme dan meningkatkan perhatian mereka.
  3. Bermain dengan lampu: lampu dapat membantu meningkatkan perhatian anak dengan autisme dan membantu mereka mengembangkan kemampuan pemrosesan visual.
  4. Bermain dengan gelembung sabun: bermain dengan gelembung sabun dapat membantu anak dengan autisme mengembangkan kemampuan motorik halus dan meningkatkan kemampuan mereka dalam mengatur pernapasan.
  5. Mendengarkan musik: musik dapat membantu anak dengan autisme mengatur keadaan emosional mereka dan meningkatkan kemampuan mereka dalam mengatur stimulasi sensorik.
  6. Bermain dengan air: bermain dengan air dapat membantu anak dengan autisme mengembangkan kemampuan motorik halus dan meningkatkan kemampuan mereka dalam mengatur stimulasi sensorik.
  7. Bermain dengan mainan tekstur: bermain dengan mainan yang memiliki tekstur berbeda-beda dapat membantu anak dengan autisme mengembangkan kemampuan sentuhan dan meningkatkan kemampuan mereka dalam mengatur stimulasi sensorik.
  8. Merangkak di bawah terowongan: merangkak di bawah terowongan dapat membantu anak dengan autisme meningkatkan koordinasi tubuh dan meningkatkan kemampuan mereka dalam mengatur stimulasi sensorik.
  9. Bermain dengan alat musik: bermain dengan alat musik dapat membantu anak dengan autisme mengembangkan kemampuan motorik halus dan meningkatkan kemampuan mereka dalam mengatur stimulasi sensorik.
  10. Mencoba makan makanan baru: mencoba makan makanan baru dapat membantu anak dengan autisme mengembangkan kemampuan sensorik mereka dan meningkatkan toleransi mereka terhadap makanan baru.
beberapa aktivitas sensory diet sudah dijelaskan pada artikel sebelumnya.

Sensory Stimulation untuk Anak dengan ADHD

Anak-anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) sering mengalami kesulitan dalam pemrosesan sensori, yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk fokus dan tetap tenang. Stimulasi sensori dapat digunakan sebagai alat untuk membantu mengatur tingkat kebangkitan dan meningkatkan perhatian dan fokus. Beberapa aktivitas sensori yang dapat bermanfaat bagi anak-anak dengan ADHD adalah:

  1. Deep pressure therapy: Memberikan tekanan dalam pada tubuh menggunakan selimut berbobot, rompi, atau pakaian kompresi dapat memberikan efek menenangkan dan terorganisir pada sistem saraf.
  2. Aktivitas Taktile: Aktivitas yang melibatkan sentuhan dan tekstur, seperti bermain dengan adonan atau pasir taktil, dapat digunakan untuk meningkatkan fokus dan perhatian.
  3. Ayunan: Ayunan pada ayunan sensori atau ayunan taman bermain dapat memberikan stimulasi vestibular dan membantu meningkatkan fokus dan perhatian.
  4. Alat Fidget: Alat fidget, seperti bola stres atau mainan yang dapat diperas, dapat digunakan sebagai saluran energi saraf dan membantu meningkatkan fokus dan perhatian.
  5. Olahraga: Melakukan aktivitas fisik seperti jumping jacks atau berlari dapat memberikan masukan proprioceptive dan membantu meningkatkan fokus dan perhatian.
  6. Stimuli Visual: Menggunakan stimuli visual seperti lampu berwarna-warni, lampu lavasi, atau tabung gelembung dapat memberikan efek menenangkan dan membantu meningkatkan fokus dan perhatian.
  7. Terapi Musik: Melakukan aktivitas terapi musik seperti memainkan alat musik atau bernyanyi dapat membantu mengatur tingkat kebangkitan dan meningkatkan perhatian dan fokus.
  8. Aromaterapi: Menggunakan minyak esensial atau aromaterapi dapat membantu menciptakan lingkungan yang menenangkan dan meningkatkan fokus dan perhatian.
  9. Yoga atau Meditasi: Melakukan praktik yoga atau kesadaran dapat membantu meningkatkan fokus dan perhatian dengan mempromosikan relaksasi dan menenangkan sistem saraf.
  10. Chewelry: Chewelry, seperti kalung atau gelang yang dapat dikunyah, dapat memberikan masukan sensori oral dan membantu meningkatkan fokus dan perhatian.

Dengan menggabungkan aktivitas sensori ini ke dalam rutinitas sehari-hari anak, orangtua dan pengasuh dapat memberikan efek menenangkan dan teratur pada sistem saraf mereka dan membantu meningkatkan kemampuan mereka untuk fokus dan memperhatikan tugas. Penting untuk dicatat bahwa aktivitas sensori mungkin perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi khusus anak, dan berkonsultasi dengan terapis okupasi dapat bermanfaat dalam mengembangkan diet sensori yang dipersonalisasi.

Penelitian Tentang Sensory Stimulation

Studi tentang sensory stimulation dan kondisi neurologis seperti ADHD dan autism spectrum disorder telah menjadi fokus penelitian dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian-penelitian ini bertujuan untuk memahami hubungan antara sensory stimulation dan perkembangan anak dengan kondisi neurologis tertentu. Salah satu studi kasus yang dilakukan adalah menginvestigasi hubungan antara sensory stimulation dengan perkembangan bahasa pada anak dengan ADHD.

Dalam studi ini, para peneliti mengamati sekelompok anak dengan ADHD yang menerima terapi sensory stimulation yang terdiri dari berbagai aktivitas seperti deep pressure therapy, tactile activities, dan visual stimuli. Hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak yang menerima terapi sensory stimulation memiliki kemajuan dalam perkembangan bahasa dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menerima terapi tersebut. Temuan ini menunjukkan bahwa sensory stimulation dapat membantu meningkatkan kemampuan bahasa pada anak dengan ADHD.

Selain itu, studi lain dilakukan untuk menginvestigasi hubungan antara sensory characteristics dan sleep dynamics pada anak dengan autism spectrum disorder. Penelitian ini melibatkan pengamatan terhadap anak-anak dengan autism spectrum disorder yang memiliki sensory characteristics tertentu seperti hipersensitivitas terhadap suara atau cahaya. Hasilnya menunjukkan bahwa sensory characteristics tersebut dapat memengaruhi kualitas tidur pada anak dengan autism spectrum disorder. Anak-anak dengan sensory characteristics yang lebih parah cenderung mengalami kesulitan tidur dan memiliki pola tidur yang kurang teratur.

Hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya memperhatikan sensory characteristics pada anak dengan autism spectrum disorder dan memperbaiki kualitas tidur mereka melalui terapi sensory stimulation. Dengan memperbaiki kualitas tidur, anak-anak dengan autism spectrum disorder dapat mengalami perbaikan dalam kognisi, perilaku, dan kemampuan sosial mereka.

Secara keseluruhan, penelitian tentang sensory stimulation pada anak-anak dengan kondisi neurologis tertentu menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam berbagai aspek seperti bahasa, tidur, dan kognisi. Namun, perlu diingat bahwa setiap anak memiliki kebutuhan dan preferensi yang berbeda, sehingga terapi sensory stimulation harus disesuaikan dengan kebutuhan individu dan dilakukan di bawah pengawasan okupasi terapis.

Kesimpulan

Dalam mengatasi tantangan perkembangan anak dengan autisme dan ADHD, sensory stimulation telah terbukti menjadi metode yang efektif untuk membantu anak mengelola gangguan sensorik dan meningkatkan kemampuan mereka untuk fokus dan berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari. Dari studi yang telah dilakukan, sensory stimulation telah terbukti dapat membantu mengurangi gejala ADHD dan meningkatkan kemampuan bahasa pada anak-anak dengan gangguan ini.

Namun demikian, jenis sensory stimulation yang efektif dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan dan preferensi anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pengasuh untuk berkonsultasi dengan  terapis okupasi untuk membantu merancang program sensory stimulation yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Beberapa jenis sensory stimulation yang dapat dilakukan di rumah antara lain penggunaan weighted blanket atau vest, aktivitas bermain seperti mainan squishy dan pasir kinetik, gerakan fisik seperti yoga atau berayun, musik terapi, dan aromaterapi. Selain itu, mengikuti aktivitas olahraga seperti berenang atau bersepeda juga bisa menjadi alternatif yang bermanfaat.

Dalam kesimpulannya, sensory stimulation dapat membantu anak dengan autisme dan ADHD mengelola gangguan sensorik dan meningkatkan kemampuan mereka untuk fokus dan berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari. Namun, jenis sensory stimulation yang efektif dapat bervariasi, oleh karena itu berkonsultasi dengan terapis okupasi dapat membantu merancang program yang sesuai untuk kebutuhan anak.

Referensi

Harsanyi, S., Dobos, K., Tele-Heri, B., Palinkas, J., Fenyosi, F., More, C. E., & Zsuga, J. (2020). Vestibular stimulation and primitive reflex integration may drive multisensory processing: putative principles for a Targeted sensorimotor therapy (TSMT).

Tele-Heri B, Dobos K, Harsanyi S, Palinkas J, Fenyosi F, Gesztelyi R, More CE, Zsuga J. Vestibular Stimulation May Drive Multisensory Processing: Principles for Targeted Sensorimotor Therapy (TSMT). Brain Sciences. 2021; 11(8):1111. https://doi.org/10.3390/brainsci11081111

Pecuch, A., Gieysztor, E., Telenga, M., Wolańska, E., Kowal, M., & Paprocka-Borowicz, M. (2020). Primitive reflex activity in relation to the sensory profile in healthy preschool children. International journal of environmental research and public health, 17(21), 8210.

Matuszkiewicz, M., & Gałkowski, T. (2021). Developmental language disorder and uninhibited primitive reflexes in young children. Journal of Speech, Language, and Hearing Research, 64(3), 935-948.

Oster, L. M., & Zhou, G. (2022). Balance and vestibular deficits in pediatric patients with autism spectrum disorder: An underappreciated clinical aspect. Autism Research and Treatment, 2022.

Raubenheimer, M., Geertsema, S., Le Roux, M., & Graham, M. A. (2023). The Influence of Vestibular Input on the Responses of Children with Autism Spectrum Disorder Using Picture Exchange Communication to Request. Journal of Occupational Therapy, Schools, & Early Intervention, 1-18.

Kosaka, T., Kawatani, M., Ohta, G., Mizuno, Y., Takiguchi, S., Kumano, A., ... & Ohshima, Y. (2021). Low threshold to vestibular and oral sensory stimuli might affect quality of sleep among children with autism spectrum disorder. Brain and Development, 43(1), 55-62.

Choudhery, A., & Ansarii, T. (2020). A systematic review study on the effects of vestibular stimulation in children with autism. European Journal of Public Health, 2(1), 70.

Mahar Santoso
Mahar Santoso Ketua Divisi Keprofesian Konsil Keterapian Fisik (Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia) Indonesian Health Workforce Council

Posting Komentar untuk "Sensory Stimulation untuk Anak dengan Autism dan ADHD: Pengertian, Manfaat, dan Tips Praktis untuk Menerapkannya di Rumah"