Okupasi Terapi pada Intensive Care Unit
Okupasi Terapi adalah profesi yang memfasilitasi agar kembali berfungsinya kinerja pasien seperti Activity of Daily Living, Productivity, and Leisure.
![]() |
| Credit: blog.ufhealthjax.org |
Permasalahan
Indonesia mempunyai hampir sekitar 1800 Okupasi Terapis yang sebagian besar bekerja di area pediatri, geriatri, muskuloskeletal, mental health. Namun, jarang sekali atau bahkan hampir tidak ada yang bekerja di area Intensive Care Unit (ICU). Tidak adanya Okupasi Terapis yang bekerja diarea ICU dapat dikarenakan belum terpaparnya ilmu Okupasi Terapi pada ICU atau tidak ada panduannya.
Perlu disadari bahwa kondisi pasien di ICU itu sedang dilakukan pelayanan medis dan keperawatan yang intensive. Namun, pasien yang berada di ICU membutuhkan pelayanan Okupasi Terapi karena terdapat risiko terhadap kognitif, mental, dan kelemahan fisik. Pasien yang ada di ICU membutuhkan pelayanan Okupasi Terapi dikarenakan untuk mencegah gangguan kognitif jangka panjang. Selain itu, depresi juga terjadi sekitar 25-50% orang yang selamat dari penyakit kritis.
Pemeriksaan Okupasi Terapi
Data yang dikumpulkan oleh Okupasi Terapis sebelum memulai sesi terapi adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, fisiologis pasien, dan respons mental pasien. Pengukuran fisiologis termasuk denyut jantung, tekanan darah, saturasi oksigen, dan pernafasan. Pengukuran status mental pasien menggunakan Richmond Agitation - Sedation Scale (RASS) dan Mental Status Examintion.
Kriteria fisiologis yang dapat dilakukan proses terapi adalah ketika denyut jantung antara 60-100 BPM, tekanan darah antara 70-105 mmHg, saturasi oksigen 95%-100%, pernafasan 10-20 nafas permenit.
Nilai Laboratorium yang mencerminkan kesehatan pasien
Nilai pemeriksaan laboratorium menggambarkan kondisi pasien, biasa digunakan untuk screening atau menegakkan diagnosis. Hasil pemeriksaan laboratorium dapat mempengaruhi kondisi pasien dan sebanyak apa aktivitas pasien tergantung pada nilai tersebut. Terapi dapat ditangguhkan (tidak dilakukan) atau dapat dilakukan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pasien.
Hal yang perlu diperhatikan:
- Tren hasil laboratorium 24-48 jam terakhir
- Apa yang menyebabkan nilai laboratorium abnormal
- Rekomendasi dokter terkait nilai laboratorium abnormal
- Jika nilai abnormal, harus diperhatikan terkait keuntungan vs risiko terapi
- Konsultasikan ke perawat dan dokter terkait intervensi terapi dengan nilai laboratorium abnormal
Treatment Okupasi Terapi
Okupasi Terapis melihat pasien secara holistik fokus pada keseluruhan pasien termasuk kesehatan fisik, kesehatan mental, komunikasi, kemampuan sosial, dan bagaimana lingkungan dapat mempengaruhi kesembuhannya dan keterlibatan dalam aktivitas yang bermakna. Contoh dari treatment Okupasi Terapi adalah:
- Pencegahan dan manajemen delirium
- Menangani keselamatan pasien dalam ADL dan mobilitas
- Pengenalan aktivitas
- Pelatihan memori jangka pendek dan jangka panjang
- Stimulasi Polysensori
- Teknik relaksasi
- Komunikasi
- Kekuatan dan ketahanan dalam beraktivitas
- Keterampilan motorik halus dan kasar
- Positioning
- Mobilitas untuk ADL
- Edukasi kepada keluarga dalam membantu pasien secara fisik dan mental dalam ICU dan saat keluar ICU
Kesimpulan
Okupasi Terapi berperan penting pada pasien kondisi ICU untuk mencegah memburuknya kemampuan fisik, kognisi, dan mental. Sesi terapi harus memperhatikan semua tanda vital dan fungsional pasien. Hubungi kami untuk mereferensikan Okupasi Terapis yang dapat membantu anggota keluarga Anda.
Referensi
Schweickert WD, Pohlman MC, Pohlman AS, Nigos C, Pawlik AJ, Esbrook CL, et al. Early physical and occupational therapy in mechanically ventilated, critically ill patients: a randomised controlled trial. The Lancet 2009 May;373(9678):1874-82.
Alexa F. Provancha. Mind-Body Interventions Utilized by an Occupational Therapist in a Medical Intensive Care Unit: An Exploratory Case Study. Ann Arbor: Colorado State University; 2017.
llory Maray Woodard. The Occupational Therapy Intensive Care Unit Guide: A Practical Guide for Implementing Occupational Therapy Services with People Who Are Critically Ill. Ann Arbor: Boston University; 2020.

Posting Komentar