Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Okupasi Terapi pada Kusta

Pengertian Kusta
Kusta adalah suatu penyakit yang menyerang sistem saraf tepi disebabkan oleh Mycobacterium Leprae. Penyakit Kusta juga disebut sebagai penyakit Lepra atau penyakit Morbus Hansen. Penyakit ini bukan merupakan penyakit kutukan. Penyakit ini tidak hanya menimbulkan efek medis saja, tetapi juga efek sosial. Biasanya penderita kusta di Indonesia dikucilkan oleh lingkungannya karena takut tertular penyakit tersebut. Pengkucilan dari lingkungannya tersebut menyebabkan penderita kusta menjadi rendah diri. Mereka cenderung untuk berkomunitas dan berkomunikasi hanya pada sesama penderita saja. Untuk itu pelayanan kusta tidak hanya dari segi medis saja, melainkan juga dari segi sosial. 


Penyebab Kusta
Kusta disebabkan oleh Mycobacterium Leprae yang pertama kali ditemukan pertama kali oleh G.A Hansen pada tahun 1873. Dimana micobacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol, sehingga kuman tersebut dinamakan sebagai basil "tahan asam".

Peran Okupasi Terapis

Peran Okupasi Terapis pada pelayanan kusta adalah menjaga, memperbaiki, dan meningkatkan kinerja Okupasional penderita kusta dalam area ADL (Activity Daily Living), Produktivitas, dan Pemanfaatan waktu luang (Leisure). Peran Okupasi Terapis disini tidaklah mudah, hal yang perlu pertama kali dilakukan adalah menghilangkan stigma yang berlaku dimasyarakat. Konsep yang harus berlaku untuk petugas kesehatan khususnya Okupasi Terapis adalah"Pasien kusta juga manusia yang perlu dihormati dan dilayani seperti pasien lain pada umumnya". Penerapan konsep ini akan memudahkan Okupasi Terapis untuk melayani penderita kusta. 
Seperti yang kita ketahui, Mycobacterium Leprae menyerang sistem saraf tepi, yang dapat mengakibatkan lesi/melemahnya saraf tepi. Kelemahan saraf tepi tersebut berdampak pada Wajah/Muka, Ekstrimitas atas (Anggota Gerak Atas), dan Ekstrimitas bawah (Anggota Gerak Bawah). 
Berikut ini adalah contoh kelemahan saraf tepi :

  • Wajah/Muka : 
    • Kelopak mata tidak dapat tertutup rapat.
    • Refleks kedipan mata berkurang
    • Kelainan mulut
    • Kelainan pipi
    • Kelainan telinga
    • Kelainan hidung
    • Alis mata rontok
  • Ekstrimitas Atas :
    • Anesthesi
    • Kelemahan gerakan otot-otot :
      • Oposisi
      • Grasp
      • Lumbrikal
    • Claw Hand
    • Drop Hand
    • Kontraktur
    • WEB melemah/mengecil
    • Mutilasi jari-jari
    • Kondisi kulit menjadi kering yang mengakibatkan mudah terjadinya luka
  • Ekstrimitas Bawah :
    • Aneshesi
    • Dorsifleksi
    • Kontraktur
    • Mutilasi
    • Luka yang tidak kunjung sembuh
    • Kondisi kulit menjadi kering yang mengakibatkan mudah terjadinya luka

Peran Okupasi Terapis adalah memberikan terapi kepada pasien dengan cara :

  • Memberikan latihan Activity Daily Living. Seperti : memasak, mandi, berpakaian, beribadah, dll.
  • Memberikan latihan Productivity. Seperti : menjahit, merangkai bunga yang bernilai ekonomis, berkebun, beternak, bertani, dll.
  • Memberikan latihan Pemanfaatan Waktu Luang/Leisure. Seperti : bermain tenis meja, bermain musik, catur, bermain Gap, memancing, dll. 
  • Memberikan penyuluhan kesehatan
  • Membuat Adaptive Equipments
  • Merancang Work Simplification

Okupasi Terapi pada kusta : Productivity

Gambar pelayanan Okupasi Terapi pada Kusta diantaranya adalah kemandirian dalam Produktivitas. Pasien dilatih kemandirian produktivitas untuk menyiapkan jika mereka sudah keluar dari rumah sakit, mereka mampu berpenghasilan secara mandiri dan tidak hanya menjadi beban dimasyarakat. 
Produktivitas yang dilatih disini antara lain bertani, beternak, menjahit, dll. Untuk melatih pasien agar mampu berproduksi, maka OTs juga harus mengajarkan tentang keamanan dan keselamatan saat bekerja. Keamanan dan keselamatan saat bekerja diperlukan agar pasien tidak mengalami luka atau kecacatan, karean jika pasien kusta sudah mengalami luka, akan memerlukan waktu yang lama untuk penyembuhan.

Berikut adalah aktivitas produktivitas yang dilatih oleh Okupasi Terapis.

Pasien Kusta sedang menyangkul lahan yang akan ditanami

Pasien Kusta sedang melakukan penggemburan tanah dan mulai menaruh bibit
Okupasi Terapis dan pasien-pasien kusta bekerja sama memanem kangkung

Pasien kusta dengan segala keterbatasannya masih semangatz untuk memanen kangkung hasil tanamannya.
Walaupun dengan claw hand dan mutilasi jari, kemampuan dan semangat untuk memanen kangkung masih tinggi.

Inilah kerjasama yang ditunjukan oleh pasien-pasien, yang masih mampu terjun ke lahan, mereka memanen.



Mereka juga diajarkan untuk menjual  hasil panen kepada orang lain (non penderita). Mereka dilatih untuk kepercayaan diri, marketing, dan interaksi sosial.




Okupasi Terapi pada kusta : Leisure
Kemandirian pemanfaatan waktu luang juga harus dilatih kepada penderita kusta. Dalam pemanfaatan waktu luang juga dilatih tentang interaksi sosial, latihan tangan, kaki, resiko tentang aktivitasnya terhadap penyakitnya.



Di Unit Okupasi Terapi, pasien memanfaatkan waktu luang mereka untuk bermain tenis meja. Semangatz pasien untuk mengerjakan hobby nya sangat tinggi. Tidak bisa berdiri tidak masalah, masih bisa dengan duduk :)

Posting Komentar untuk "Okupasi Terapi pada Kusta"